https://sites.google.com/site/hitsukeproject/kunai.cur https://sites.google.com/site/hitsukeproject/Pointer.cur

ida bagus putu dwijayana

ida bagus putu dwijayana
Budha Dharma

Senin, 15 Februari 2010

apa sih yang menjadi panutan, kenapa umat hindu ada/tidak boleh makan daging sapi


Didalam Dwijedra Tatwa ada sebuah nasehat yang sangat menarik, nasehat Beliau berbunyi begini ; …...Jangan makan daging sapi sebab ia sebagai ibu yang memberikan susu kepada kita. Jangan makan daging babi rumah dan ayam itik rumah sebab dianggap kotor suka makan najis dan hindari segala yang dianggap kotor……….. Nasehat ini bisa dijadikan bukti bahwa Ida Danghyang Dwijendra (Ida Bhatara Lelangit) semasa Beliau berada di Bumi ini adalah seorang yang berpantang makan segala jenis daging (Vegetarian yang taat).
Akhir-akhir ini banyak orang tertarik dan membicarakan tentang berpantang makan makanan yang mengadung daging (Vegetarian), dengan berbagai alasan mereka berpantang terhadap daging, ada yang karena ingin awet muda, ada yang karena terjangkit penyakit tertentu tidak sembuh - sembuh, ada juga yang berpantang karena ingin maju dalam kerohanian (keagamaan). Umumnya vegetarian dikenal sebagai cara orang-orang untuk mematangkan "ilmu kesaktian" tertentu, bahkan sekarang pun orang masih tetap beranggapan bahwa cara hidup vegetarian adalah cara yang tidak normal, yang hanya dilakukan oleh orang-orang tua atau beberapa anak muda yang sedang mematangkan kesaktian.
Nasehat Ida Danghyang Dwijendra disampaikan kepada Keturunan Beliau (Brahmana Wangsa) di Bali sudah sejak 500 tahun yang lalu namun tidak banyak yang mampu melakukannya mungkin hanya dikalangan Ida Pedanda saja, karena itulah nasehat yang sangat berharga ini tengelam ditelan jaman. Cara hidup vegetarian sebagai seorang pemeluk agama Hindu sesungguhnya adalah sesuatu hal yang wajar (alami), namun kenyataannya dalam masyarakat Hindu di Bali, hanya sebagian kecil umat yang telah menyadari manfaat (kealamian) hidup bervegetarian. Mereka adalah orang-orang yang terkelompok dalam berbagai perkumpulan dan organisasi agama (kerohanian). Dan di dalam kelompok ini pun sebagian besar mereka masih beranggapan bahwa mereka melaksanakan vegetarian hanyalah sebagai persyaratan ajaran dalam perkumpulan (organisasi) mereka. Mereka belum menyadari bahwa sebagai seorang umat manusia, atau sebagai seorang pemeluk agama Hindu sudah seharusnya hidup berpantang segala jenis daging (bervegetarian)!.
Makan bukan hanya bertujuan memelihara dan menjaga kesehatan badan tetapi makan juga adalah sebuah sadhana (latihan rohani) bagi kita dalam rangka mengamalkan ajaran-ajaran suci untuk mencapai tujuan hidup yang sejati, bebas dari kesengsaraan duniawi, oleh karena itu keutamaan dalam hal makan sangat ditekankan oleh Ida Danghyang Dwijendra, Marilah kita mencoba menganalisa untuk mencari kebenaran dari nasehat Ida Danghyang Dwijendra (Ida Bhatara Lelangit). Beliau adalah seorang Pendeta tentu saja nasehat yang disampaikan Beliau dimaksud kan untuk kemajuan di bidang kerohanian. Beliau mengatakan :
.....Jangan makan daging sapi sebab ia sebagai ibu yang memberikan susu kepada kita....
“Kenapa tidak boleh makan daging sapi?!!”.
Seperti sudah dikatakan:
....sebab ia sebagai ibu yang memberikan susu kepada kita....
Lalu bagaimana Menurut sastra Veda?. Menurut Sastra Veda Sapi termasuk diantara tujuh yang disebut sebagai Ibu, antara lain ; 1).Ibu yang melahirkan kita, 2).Istri Guru kerohanian, 3).Istri raja, 4).Wanita yang bukan istri kita, 5).Sapi, 6).Perawat, 7).Ibu pertiwi.
“Baru tahu kan?” “Bukan itu saja!”. Sapi sangatlah suci. Oleh karena itu, di manapun dia berada, tempat itu tidak bisa dicemari. Sapi dianggap sebagai pintu gerbang menuju surga. Sapi bertuah secara keseluruhan dan menyediakan makanan bagi para Deva dan manusia, juga diuaraikan bahwa Paramatma yang tinggal di badan sama seperti susu, dia tidak bisa dilihat dari luar tetapi bisa dirasakan dan dipahami dengan mempelajari kesusastraan Veda.

Kalau kita menggunakan hati nurani dan pikiran yang jernih, sapi betina memberikan susu kepada kita untuk diminum, dan sapi jantan membajak sawah, sehingga ibu pertiwi (bumi) memberikan kita beras untuk dimakan. Makan daging sapi tidak jauh beda dengan makan daging orang tua sendiri, disaat masih kuat kita manfaatkan, kemudian setelah tua renta kita sembelih lalu makan dagingnya. Apakah kita tidak punya rasa balas budi!.
Pada jaman sekarang janganlah mudah percaya pada suatu ajaran atau tradisi sebelum kita menggunakan hati nurani dan pikiran kita yang jernih untuk menerima ajaran tersebut. Oleh karena itu apabila ada ajaran yang tidak sesuai dengan Nesehat Ida Danghyang Dwijendra (Ida Bhatara Lelangit) seperti halnya ajaran yang melegalkan penyembelihan sapi, sudah sepatutnya kita tolak karena akan mengahambat untuk maju dalam kerohanian.
Nasehat selanjutnya
.....Jangan makan daging babi rumah dan ayam itik rumah sebab dianggap kotor suka makan najis dan hindari segala yang dianggap kotor…..

Beliau menyebutkan Babi, ayam dan itik, “wah, gampang sekali…!, jadi hanya tiga jenis hewan ini saja yang harus kita hindari…?”. Tentu saja tidak!. Perhatikan apa yang dikatakan Beliau selanjutnya
…. dan hindari segala yang dianggap kotor….
inilah tanda bawa Beliau sangat bijaksana sekali, jika Beliau mengatakan segala jenis daging harus dihindari maka orang - orang ketika itu akan mati terkejut, Beliau maklum kemampuan orang - orang saat itu dan menyampaikan dengan kata - kata khiasan penuh rmakna. Sebagai warih dari Manusia luar biasa dan Sakti seperti Ida Danghyang Dwijendra kita harus cerdas dan juga tegas mengartikan nasehat Beliau ini bahwa sesungguhnya segala jenis daging adalah sangat kotor karena diperoleh dangan cara yang kotor dan keji.

Marilah kita melihat dalam sloka - sloka Veda Kitab Suci Kita untuk mencari dan menemukan jawaban kenapa menghindari daging seperti itu sangat dianjurkan oleh Ida Danghyang Dwijendra (Ida Bhatara Lelangit)?.
Di dalam veda dikatakan seluruh dunia dipikat oleh tiga sifat alam material yaitu; kebaikan (satwika), nafsu (rajasika) dan kebodohan (tamasika). Dalam hal makanpun sudah pasti dipengaruhi oleh ketiga sifat alam material.
Tuhan bersabda : .....makanan yang paling disukai oleh setiap orang juga terdiri dari tiga jenis.... (bhagawad gita 17.7).
Lebih lanjut Tuhan bersabda : ....makanan yang disukai oleh orang dalam sifat kebaikan (satwik) memperpanjang usia hidup, menyucikan kehidupan dan memberi kekuatan, kesehatan, kebahagiaan dan kepuasan. Makanan tersbut penuh sari, berlemak, bergizi dan menyenangkan hati..... (bhagawad gita 17.8).

Di dalam kitab Manawa Dharma Sastra yaitu Kitab Hukum umat manusia (Manu-samhita) menyatakan dengan tegas agar manusia menghindari daging.
“Daging tidak akan pernah diperoleh tanpa menyakiti mahluk hidup, dan menyakiti setiap mahluk hidup akan berakibat dalam mencapai kebahagian surgawi; oleh karena itu hindarilah penggunaan daging. Pertimbangkan dengan baik asal daging yang menjijikkan, kejam, membelenggu dan membunuh mahluk hidup. Biarkan mereka berpantang memakan daging secara total.” (Manu-samhita 5.48-49).
“Mereka yang mengijinkan pembantaian binatang, mereka yang memotong, membunuh, membeli atau menjual daging, yang memasak, yang menyajikannya dan yang memakannya, harus diperlakukan sebagai pembunuh binatang tersebut. Tidak ada dosa yang lebih besar dari manusia yang memelihara badannya dengan daging dari mahluk hidup lain meskipun dia memuja para dewa dan para leluhur (manu-samhitta 5.51-52).
“Jika seseorang memiliki keinginan yang kuat karena daging, dia dapat membuat mentega atau tepung dari seekor binatang; tetapi dia tidak boleh membunuh binatang tersebut tanpa alasan jelas. Sebanyak jumlah bulu binatang yang dia bunuh, sebanyak itu pulalah dia akan dibunuh tanpa alasan yang jelas dalam kehidupan pada kelahiran berikutnya.” (Manu-samhita 5.37-38).
“Dia yang menyakiti mahluk hidup lain demi kepuasannya sendiri tidak akan pernah menemukan kebahagian baik dalam kehidupan ini maupun dalam kehidupan berikutnya.” (Manu-samhita 5.45).
“Dengan hanya memakan buah-buahan dan akar-akaran, dan dengan memakan makanan yang sesuai untuk pertapa dalam hutan, seseorang tidak akan meningkatan secara signifikan sampai dia dapat menghindari daging secara total. Dia akan merasakan dagingku dalam kehidupan berikutnya, yang dagingnya telah ku makan dalam kehidupan ini; Orang bijaksana menjelaskan ini untuk maksud sesungguhnya dari kata daging [mam sah].” (Manu-samhita 5.54-55).
“Dia yang tidak mencari dan menjadikan penderitaan dan kematian mahluk hidup, tetapi memberikan kebaikan pada semua mahluk, memperoleh kebahagiaan yang tiada akhirnya. Dia yang tidak melukai setiap mahluk hidup, tanpa ada maksud dalam pikirkannya, apa yang dia lakukan dan bagaimana dia mengatur pikirannya” (Manu-samhita 5.46-47).
“Dengan tidak membunuh setiap mahluk hidup, seseorang akan memenuhi syarat untuk pembebasan.”(Manu-samhita 6.60)
“Seseorang yang memakan daging manusia, daging kuda atau binatang yang lain, selain susu dengan pembantaian Sapi, O raja, jika tindakan jahat seperti itu tidak berhenti, sebaiknya anda harus segera memotong kepalanya.” (Rig-veda 10.87.16)
“Kamu sama sekali tidak boleh mempersembahkan sesuatu kepada Tuhan dengan membunuh ciptaan-Nya, baik itu manusia, binatang atau apapun.”
(Yajur Veda 12.32.90)
“Dia yang ingin memelihara badannya dengan memakan daging dari mahluk hidup lain, akan hidup dalam kesengsaraan dalam wujud lain dalam kehidupan berikutnya” (Mahabharata, Anu.115.47)
“Pembeli daging melakukan kekerasan oleh karena kekayaannya; dia yang memakan daging juga melaksanakan hal yang sama dengan menikmati daging itu; pembunuh melakukan kekerasan nyata dengan mengikat dan membunuh binatang itu. Demikianlah, terdapat tiga bentuk pembunuhan. Dia yang membawa daging atau mengirimnya, dia yang memotong anggota badan binatang, dan dia yang membeli, menjual, atau memasak daging dan memakannya–semua itu harus dipertimbangkan oleh orang pemakan daging.” (Mahabharata, Anu.115.40)
“Dosa yang dihasilkan dengan kekerasan membatasi hidup pelaku. Oleh karena itu, mereka yang sangat mengharapkan kesejahtraan harus berpantang makan daging.” (Mahabharata, Anu.115.33)
“Mereka yang tidak memiliki pengetahuan Dharma yang nyata dan, sombong juga jahat, menganggap diri mereka berbudi luhur, membunuh binatang tanpa perasaan, penyesalan dan ketakutan akan dosa. Dalam kehidupan berikutnya, orang berdosa seperti itu akan dimakan oleh mahluk hidup yang sama yang telah mereka bunuh pada kehidupan ini.” (Bhagavata Purana 11.5.14)
“Kalau seseorang mempersembah kan daun, bunga, buah atau air dengan cinta bakti, Aku akan menerimanya”. (Bhagavad Gita 9.26)
“Para penyembah Tuhan dibebaskan dari segala dosa karena mereka memakan makanan yang dipersembahkan untuk korban suci. Orang lain, yang menyiapkan makanan untuk kenikmatan indria-indria pribadi, sebenarnya hanya makan dosa saja.” (Bhagavad Gita 3.13)
“Apapun yang kau lakukan, apapun yang kau makan, apapun yang engkau persembahkan atau berikan sebagai sumbangan atau pertapaan dan apapun yang engkau lakukan, lakukanlah kegiatan itu sebagai persembahan kepada-Ku, wahai putera Kunti.” (Bhagavad Gita 9.27)
“Sri Rama tidak pernah memakan daging atau madu. Beliau setiap hari memakan buah-buahan liar, dan padi liar pada malam hari.” (Ramayana, Sundarakanda, Skanda 36, Sloka 41)
“Tidak membunuh (Ahimsa) adalah kewajiban tertinggi.” (Padma Purana 1.31.27)

Dari sloka - sloka tersebut dapat disimpulkan bahwa menghindari daging sangat diinginkan oleh Ida Bhatara Lelangit agar terhindar dari kegiatan - kegiatan buruk (kesengsaraan duniawi). Beliau sangat menginginkan Kesejahteraan Dunia, dimana gerakan berpantang makan makanan yang mengandung daging ini seharusnya dimulai dari Griya - griya yang merupakan warih Beliau. Berpantang daging sapi, ayam, itik, babi dan segala jenis daging adalah ciri utama warih Ida Bhatara Lelangit. Untuk itu marilah kita wujudkan apa yang menjadi harapan Beliau yang mana Ajaran Beliau Bukan saja untuk kesejahteraan kita tetapi juga untuk kesejahteraan dunia ini.
Mulailah sejak dini, menghindari segala jenis daging atau menjadi seorang vegetarian bukanlah sesuatu yang instan atau cepat, ini juga diakui oleh orang - orang yang sudah medwijati ; menghindari daging sangatlah sulit memerlukan keteguhan dan keseriusan hati dan pikiran mantap secara tahap demi tahap.
Pada permulaan, kita menjadi pemakan segala, lalu naik tahap tidak memakan daging hewan berkaki empat, lalu naik tahap tidak memakan hewan berkaki dua, lalu naik tahap tidak makan ikan, lalu naik tahap tidak makan telor, lalu naik tahap tidak makan bawang (bawang sangat berbahaya bagi lambung/bersifat rajasika), dan kemudian akhirnya anda menjadi seorang yang bebas dari unsur daging (vegetarian). ”Mengapa kita masih minum susu sapi?” karena seperti yang dikatakan oleh Ida Danghyang Dwijendra: .....ia sebagai ibu yang memberikan susu kepada kita..... sapi dipandang sebagai ibu, oleh karena itu kita minum susunya untuk mendapatkan protein hewani. Menghindari daging atau Menjadi vegetarian menunjang kerohanian, karena apa yang kita makan akan mempengaruhi badan dan pikiran kita.
Ada beberapa orang yang kurang berpengetahuan ber -pendapat bahwa nasehat Ida Dangyang Dwijendra hanya di peruntukkan bagi orang - orang yang sudah medwijati, sepintas mungkin pendapat itu benar, namun kalau kita mau lebih bijaksana menanalisa pada akhir nasehat Beliau mengatakan:
....Demikianlah harus juga dinasehatkan kepada turun turunanmu....

Adalah tidak apa - apa jika orang menolak berpantang daging (vegetarian) dan meneruskan memakan daging. Tetapi, adalah hal yang tidak sepatutnya jika seseorang mulai mencampuri cara hidup orang yang melaksanakan vegetarian dari ajaran Ida Danghyang Dwijendra, menakut - nakuti dengan alasan kesehatan, kekuatan badan dan kecerdasan otak, melarang orang melaksanakan hidup vegetarian dari ajaran Ida Danghyang Dwijendra dengan mengatakan cara hidup vegetarian adalah cara yang bertentangan dengan ajaran agama Hindu adalah Salah! Sangat keliru.
Jangan Pernah Meragukan Ida Danghyang Dwijendra apa yang dikatakan Beliau tidak pernah salah! dan tidak pernah menyimpang dari Veda!.

“Om Ida Danghyang Dwijendra Dipata Ya Namaha”
“Om Namah Civa Ya”

Referensi :
1.I Gst Bagus Sugriwa : Dwijendra Tatwa.
2.A.C. Bhaktivedanta Swami Prabhupada : Bhagawad Gita Menurut Aslinya.
3.Manawa Dharma Sastra
4. Suryantha Ida Bagus Kade.

2 komentar: